Inilah Beberapa Karya Puisi Taufiq Ismail
(He's My Poet Idol :-D)
Syair Orang Lapar
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau
1964
Sumber : Tirani dan Benteng
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
1966
Sumber: Tirani dan Benteng
Bayi Lahir Bulan Mei 1998
Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga
Suaranya keras, menangis berhiba-hiba
Begitu lahir ditating tangan bidannya
Belum kering darah dan air ketubannya
Langsung dia memikul hutang di bahunya
Rupiah sepuluh juta
Kalau dia jadi petani di desa
Dia akan mensubsidi harga beras orang kota
Kalau dia jadi orang kota
Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya
Kalau dia bayar pajak
Pajak itu mungkin jadi peluru runcing
Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing
Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga
Mulutmu belum selesai bicara
Kau pasti dikencinginya
1998
Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
KARANGAN BUNGA
TAUFIQ ISMAILTiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke salembaSore itu.Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadiKarya : Taufiq Ismail, Tirani, 1966Puisi karangan bunga karya Taufiq ismail membicarakan peristiwa demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 menentang orde lama.
KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU
TAUFIQ ISMAILkepada Kang IlenHari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya,KembalikanIndonesiapadakuHari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malamdengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelamlantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renangsambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelamdan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,KembalikanIndonesiapadakuHari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,KembalikanIndonesiapadakuParis, 1971
MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA
TAUFIQ ISMAIL
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tigaKe Wisconsin aku dapat beasiswaSembilan belas lima enam itulah tahunnyaAku gembira jadi anak revolusi IndonesiaNegeriku baru enam tahun terhormat diakui duniaTerasa hebat merebut merdeka dari BelandaSahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,Whitefish Bay kampung asalnyaKagum dia pada revolusi IndonesiaDia mengarang tentang pertempuran SurabayaJelas Bung Tomo sebagai tokoh utamaDan kecil-kecilan aku nara-sumbernyaDadaku busung jadi anak IndonesiaTom Stone akhirnya masuk West Point AcademyDan mendapat Ph.D. dari Rice UniversityDia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. ArmyDulu dadaku tegap bila aku berdiriMengapa sering benar aku merunduk kiniLangit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serakHukum tak tegak, doyong berderak-derakBerjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan GinzaBerjalan aku di Dam, Champs Élysées dan MesopotamiaDi sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamataDan kubenamkan topi baret di kepalaMalu aku jadi orang IndonesiaDi negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasiberterang-terang curang susah dicari tandingan,Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupudan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakeksecara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu danpeuyeum dipotong birokrasilebih separuh masuk kantung jas safari,Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,agar orangtua mereka bersenang hati,Di negeriku penghitungan suara pemilihan umumsangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelaspenipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dansandiwara yang opininya bersilang tak habisdan tak utus dilarang-larang,Di negeriku dibakar pasar pedagang jelatasupaya berdiri pusat belanja modal raksasa,Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,sekarang saja sementara mereka kalah,kelak perencana dan pembunuh itu di dasar nerakaoleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasiadan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,kabarnya dengan sepotong SKsuatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,Di negeriku sepakbola sudah naik tingkatjadi pertunjukan teror penonton antarkotacuma karena sebagian sangat kecil bangsa kitatak pernah bersedia menerima skor pertandinganyang disetujui bersama,Di negeriku rupanya sudah diputuskankita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecilkarena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,Di negeriku ada pembunuhan, penculikandan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,Nipah, Santa Cruz dan Irian,ada pula pembantahan terang-teranganyang merupakan dusta terang-terangandi bawah cahaya surya terang-terangan,dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagaisaksi terang-terangan,Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilangmenyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serakHukum tak tegak, doyong berderak-derakBerjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan GinzaBerjalan aku di Dam, Champs Élysées dan MesopotamiaDi sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamataDan kubenamkan topi baret di kepalaMalu aku jadi orang Indonesia.
1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar