Pages - Menu

Senin, 07 Maret 2016

Sayup Shalawat di Tengah Malam

Saudariku, semoga hidayah Allah menitik pada jiwamu,
laksana tetesan embun yang menyegarkan mawar.
Beberapa malam lalu aku agak sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, jadi aku terpaksa tidur cukup larut. waktu menunjukan pukul 00.13 kost-an sudah senyap sepi, penghuni-penghuninya sudah terbuai kealam mimpi membalas dendam atas lelah kegiatan seharian. Aku masih asyik mengetik tugas makalah, dengan mata yang terkatup-katup menggoda untuk menyudahinya saja dan segera terlelap. Tiba-tiba sayup-sayup kudenger ada lantunan MP3 Shalawat, ah syahdu sekali. masih bertanya-tanya, siapa gerangan yang menyetelnya ditengah malam seperti ini ya?! Aku melongo keluar jendela dan ternyata sumbernya dari kamar tetanggaku. Aku agak heran dan aneh dengan lantunan shalawat itu pasalnya penghuni kamar yang nyetel itu adalah seorang non-muslim.

Penghuni kamar itu, dia adalah rekan yang sudah kukenal baik. Tapi kok mau ya dia nyetel shalawat? Tanyaku dalam hati. Paginya, aku milhat ia sedang menyemir sepatu didepan kamarnya, tak menyianyiakan kesempatan aku hampiri dan aku tanya dia, kenapa mau mendengarkan shalawat yang notabene adalah salah satu nyanyian untuk memuliakan Rasulullah, sedangkan Ia sendiri bukan seorang muslim. Jawabannya mengetuk relung hatiku yang terdalam, "Abis enak sih, aku ngerasa nyaman aja gitu dengernya Na, hehehe" jawabnya polos diiringi tawa. "Oh iya, aku juga hafal Al-fatehah sm Al-Ikhlas kok! Soalnya aku suka dengerin itu dari speaker mesjid deket rumahku tiap hari! Apalagi kalo pas sembahyang jumat tuh, imamnya suka baca ayat yg panjang-panjang, aku suka dengernya, merdu sama syahdu gtu tau Rin!" aku hanya bisa tersenyum dan menimpalinya "Wah hebat banget! Masya Allah". Ia melanjutkan ceritanya, "Sebenernya kalo aku ndak bisa tidur, aku setel shalawat, rasanya hati menjadi tenang, rasanya seperti dielus-elus sama dinina boboin gitu!" hatiku terenyuh.

Mengingat tiga puluh menit lagi aku harus berangkat ke kampus, aku pungkas pembicaraan ringan kami. Dalam hatiku: "Semoga suatu saat kamu bisa baca itu tiap hari dalam ibadahmu ya, semoga shalawat yang menina bobokan kamu itu menjadi jalan kamu untuk bisa mendapat hidayah. Kamu orang baik, semoga kebaikan Allah mengantarkanmu pada cahaya-Nya" kemudian aku melengos pergi dengan mata berkaca-kaca dan perasaan haru biru yang memenuhi rongga jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar