I will be stronger than my sorrow, than my sadness, than my loneliness and than my tears. I will seize the day and catch the future. Im swear! |
Setelah dua tahun merantau, aku kira aku akan mulai lebih
terbiasa dengan kehidupan tanpa Mama, tapi semuanya salah. Awalnya kukira akan
mudah hidup sebagai perantau, tapi kenyataan mengkhianati ekspektasi. Siapa menyangka
disini aku masih lebih sering merasa kesepian, siapa menyangka ternyata hidup
sendiri itu begitu banyak menyusahkan dan menggores banyak luka.
Bukan karena aku begitu manja pada Mama, ah Mama dan Papah
mendidikku untuk menjadi seseorang yang mandiri dan kuat, sejak kelas tiga
sekolah dasar, aku sudah dibiasakan untuk mengerjakan berbagai pekerjaan rumah
dan mengurusi kebutuhanku sendiri. Bukan, bukan karena Mama adalah seorang ibu
yang pemalas atau ibu yang galak, tapi mama sudah dari jauh-jauh hari
mempersiapkan aku untuk tumbuh menjadi seorang wanita yang mandiri.
Kehidupan kuliah tidak melulu tentang sok keren bergaya
karena “gue mahasiswa” ada banyak hal yang tak bisa dengan mudah disepelekan
dan tak seindah yang diekspektasikan. Ya, karena ternyata aku masih belum cukup
kuat untuk memunggu beban ini sendirian. Karena pada akhirnya aku masih
meraba-raba tangan Mama dan Papah saat pundak ini mulai terlalu lelah untuk
menanggung semua ini sendirian.
Aku memang bukan tipikal orang yang dengan mudahnya bergaul
dengan orang-orang baru, dan ternyata aku mulai tak bisa membohongi nuraniku
sendiri. Ya, aku kesepian. Kodrati Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk
sosial, yang hidupnya seimbang karena interaksinya dan saling membutuhkannya
dengan manusia lain. Bahkan banyak penelitian dan teori yang mengatakan bahwa
manusia yang tidak memiliki sahabat atau orang yang disayangi cenderung
memiliki umur yang lebih pendek dan lebih rentan terserang gangguan kesehatan
jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki banyak sahabat dan
bersosialisasi.
Aku bersyukur karena sejauh ini, aku tidak memiliki masalah
akademik serius. Nilai-nilai yang aku peroleh tiap semester memang tidaklah
mencapai nilai yang amat sempurna, tapi masih dikategori aman dan cukup baik. Yeah, not bad. Aku bukan pemalas dan
bukan seseorang yang suka menunda pekerjaan. Setiap tugas dan ujian yang
diberikan dosen, sebisa mungkin aku mengerjakannya dengan baik bahkan cenderung
sulit puas dan terus memperbaikinya. Ya, karena aku rasa aku seseorang yang cukup
terobsesi dengan kesempurnaan—read:Perfectionist--.
Yang menjadi masalah kini adalah, aku merasa begitu sulit
menemukan sahabat yang cocok denganku. Ya, dengan karakterku yang independen
ini. kadang aku berfikir, mungkin hal
ini disebabkan karena keindependenanku, yeah,
I can stand on my own step. Aku benci ketika harus menyusahkan orang lain
dan harus bergantung pada orang lain, walau pada faktanya ada saja hal-hal yang
tidak memberiku pilihan selain harus agak merepotkan orang lain. Menjadi independen
adalah sebuah pilihan, ya dan aku sudah memilihnya. But it doesn’t mean that I need not to have relations with peoples. Ofcourse
ya, i need friends.
Aku memang memiliki beberapa teman yang cukup nyaman untuk
berbagi, mereka orang-orang yang baik dan menyenangkan. Mereka tulus dan bisa
memahami karakterku. Namun sayangnya mereka juga orang-orang yang hampir setipe
denganku. Yeah, they’r independent
peoples too. Kami sering bersama namun sering juga tidak bersama. Kami sering
saling membutuhkan namun sering juga saling mengacuhkan. Kami sering saling
peduli namun sering juga saling tidak mau tahu. Yeah, that’s we are!
Disaat-saat penuh tekanan seperti
saat ini, sungguh yang aku rindukan hanyalah rumah. Yeah, let me going home! Aku begitu rindu saat dimana aku
menghamburkan semua tangisku pada mama, menceritakan hitam merah hari-hari yang
aku lewati. Aku rindu panggilan mama yang nyaring saat menyuruhku segera
sembahyang dan membangunkanku untuk bersiap berangkat sekolah. Aku rindu lembut
nasi tungku dan sayur sup yang dimasakan mama untukku. Aku rindu ketika pulang
sekolah Papah sudah menungguku didepan gerbang, aku rindu saat tangan kokoh Papah
memijat kakiku yang pegal ngilu selepas pelajaran olahraga. Aku rindu aroma
kamarku, aroma dapur, aroma lantai dan aroma mawar melati yang berlomba mekar
dipekarangan.
Aku merasa muak terkadang, ketika
aku menyadari bahwa aku kesepian. Aku muak ketika aku menjadi lemah dan
terlihat begitu menyedihkan. Tapi kau tahu Ma, Pah, aku takkan menyerah begitu
saja. Aku akan menjadi lebih tangguh daripada kesepian itu sendiri. Aku akan
menjadi lebih kuat daripada rindu itu sendiri. Aku akan menjadi lebih bermakna
dengan semua kesedihan ini. Ya aku akan pulang, segera, setelah semua airmata
ini berubah menjadi senyum kebahagiaan. Doakan aku Ma, Pah...
0 komentar:
Posting Komentar