Beberapa waktu lalu sempat
terlontar keluhanku kepada sahabat segeng, “Duh, rasanya lelah banget banget
nih gue, di kosan Cuma numpang tidur sekejap sama mandi doang, masa tiap hari
ga lebih dari 6 jam gue ada di kosan. Pulang tengah malem, berangkat pagi buta.
Gue kayaknya butuh lebih dari 24 sehari buat ngejalanin semua aktivitas gue”
celetukku ditengah kerja kelompok membuat makalah salah satu matkul. “Hm Rin,
emang segitu padetnya ya aktivitas lu? Awas ah jaga kesehatan, perbaiki lagi
hayo time managementnya!” saran seorang sahabat.
Setelah difikirkan kembali,
betapa nistanya diri ini, Allah memberikan 24 jam sudah sangat proporsional,
disesuaikan dengan kapasitas diri kita dalam beraktivitas. Bahkan idealnya
pembagian 24 jam waktu itu adalah 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi
dan ibadah. Tapi manusianya saja yang bisa jadi selalu merasa kurang karena
menuruti hawa nafsunya. So me, bukan waktunya yang kurang, tapi kitanya yang
bisa jadi tidak bisa memanfaatkan dengan baik, kita bisa jadi yang memang
terlalu serakah dengan hal-hal keduniaan sehingga waktu 24 dalam sehari, 7 hari
dalam seminggu itu dirasa masih belum bisa memenuhi semua hasrat dan keinginan
kita untuk mengejar banyak hal.
Banyak orang menyangka,
menjadi mahasiswa yang sibuk dengan segudang aktivitas itu keren, berarti
produktif dan hits banget ya, keren dia punya skill yang dibutuhkan di banyak
area kegiatan sosial mahasiswa. Iya. Memang. Tapi yang keren itu nggak Cuma mereka
yang sibuk dengan seabrek kegiatan, sampe-sampe rasanya dimana-mana kalo ketemu
sama dia, kerjaannya lagi rapat mulu. Yang lebih keren itu dia yang tau
kapasitas dirinya sampai mana dan kebutuhan dirinya seperti apa aja, jika
dengan 1 atau 2 kegiatan luar aja udah cukup memenuhi kebutuhan, kenapa harus
ribet ikut perpuluh-puluh kegiatan?! Apalagi kalo niat ikutan kegiatannya cuma buat
keren-kerenan doang, nggak lah ya! Ingat lho ya tubuh punya hak untuk istirahat
yang cukup dan berkualitas. Ini pesan terkhusus buat diriku sebenernya.
Mengetahui kapasitas diri
itu perlu, supaya nggak kedodoran dan kewalahan sendiri ngatur waktu. Mengetahui
hal apa aja yang bisa dikembangin dan diasah dalam diri juga penting, biar bisa
memaksimalkan potensi diri dan jadi manusia yang bermanfaat, tapi dibalik itu
semua, ga kalah penting untuk menunaikan semua kewajiban kita dulu. Jangan sampai
yang sunnahnya dilakonin tapi yang wajib terabaikan. Kaya misal, tujuan utama
kuliah apa? Ibadah sambil belajar kan ya, ini tuh malah sibuk banget kegiatan
non-akademik sampe ibadah dan belajarnya (akademiknya) terlalaikan.
“gunakan
kesempatan yang masih diberi, semoga kita takkan menyesal... Masa usia kita,
jangan disiakan, karena ia takkan kembali... Ingat 5 perkara, sebelum 5 perkara, sehat
sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup
sebelum mati” jadi inget kutipan
hadis Rasul yang disenandungkan dalam nasyid “Demi Masa” oleh Raihan yang juga sempat
aku senandungkan dulu saat perayaan maulid nabi di madrasah diniyah. “Demi
masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, melainkan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh, yang nasehat menasehati dalam kebenaran
dan nasehat menasehati dalam kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3).
Memang benar, ada banyak hal yang bisa kita capai dalam hidup kita, ada banyak visi dan mimpi yang memacu kita untuk terus berjuang dalam upaya mencapainya. Selalu ada alasan "mumpung masih muda! mumpung masih jadi mahasiswa!" tapi tak sedikit yang memaknakan kata ini untuk mereka melakukan apapun yang mereka mau, terlepas dari worth it atau nggaknya apa yang mereka lakukan. Kenapa harus worth it? oh God! your past never back! so, mari melakukan yang terbaik! mari menjaga diri kita dari ketidakbermanfaatan! jadi aktivis yang zuperbussy itu pilihan kita, jadi mahasiswa yang kupu-kupu juga pilihan kita, jadi mahasiswa yang ngejar prestasi segudang tentu pilihan kita juga, tapi kita nggak punya pilihan dan nggak bisa nawar-nawar lagi untuk waktu yang Allah kasih untuk kita, 24 hours per day and 7 days per week, 4 weeks per month and 12 month per year! jadi, silakan puter otak buat cari cara cerdas untuk memanfaatkan waktu, gimana caranya supaya itu waktu bisa dibikin produktif, seimbang antara kewajiban utama sebagai manusia, absolutely ibadah kepada Allah, dan semuamuanya kegiatan dan rutinitas kita.
Seberapa cerdasnya pun
seorang ilmuan, tapi ia takkan mampu mengembalikan waktu yang telah berlalu,
meskipun hanya 1 detik saja. Seberapa kayanya pun kita, takkan mampu kita membeli
waktu yang telah berlalu, meskipun hanya 1 detik saja. Maka dari itu, aku
menulis ini sebagai refleksi diri untuk bisa mengatur waktu dengan baik, tidak
mengabaikan hak-hak Allah dan hak-hak diri atas waktu yang diberi selama 24 jam
dalam sehari. Mari mengoreksi diri atas waktu-waktu yang telah berlalu,
sudahkah digunakan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri dengan
penjemputan-Nya yang pasti terjadi?! Ashtagfirullahaladzim,
alladzi laa illahaillhuwalhayyul qayyum waatubuilaik.