Pages - Menu

Selasa, 29 November 2016

Ketika 24 Jam Masih Belum Cukup


Beberapa waktu lalu sempat terlontar keluhanku kepada sahabat segeng, “Duh, rasanya lelah banget banget nih gue, di kosan Cuma numpang tidur sekejap sama mandi doang, masa tiap hari ga lebih dari 6 jam gue ada di kosan. Pulang tengah malem, berangkat pagi buta. Gue kayaknya butuh lebih dari 24 sehari buat ngejalanin semua aktivitas gue” celetukku ditengah kerja kelompok membuat makalah salah satu matkul. “Hm Rin, emang segitu padetnya ya aktivitas lu? Awas ah jaga kesehatan, perbaiki lagi hayo time managementnya!” saran seorang sahabat.


Setelah difikirkan kembali, betapa nistanya diri ini, Allah memberikan 24 jam sudah sangat proporsional, disesuaikan dengan kapasitas diri kita dalam beraktivitas. Bahkan idealnya pembagian 24 jam waktu itu adalah 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi dan ibadah. Tapi manusianya saja yang bisa jadi selalu merasa kurang karena menuruti hawa nafsunya. So me, bukan waktunya yang kurang, tapi kitanya yang bisa jadi tidak bisa memanfaatkan dengan baik, kita bisa jadi yang memang terlalu serakah dengan hal-hal keduniaan sehingga waktu 24 dalam sehari, 7 hari dalam seminggu itu dirasa masih belum bisa memenuhi semua hasrat dan keinginan kita untuk mengejar banyak hal.

Banyak orang menyangka, menjadi mahasiswa yang sibuk dengan segudang aktivitas itu keren, berarti produktif dan hits banget ya, keren dia punya skill yang dibutuhkan di banyak area kegiatan sosial mahasiswa. Iya. Memang. Tapi yang keren itu nggak Cuma mereka yang sibuk dengan seabrek kegiatan, sampe-sampe rasanya dimana-mana kalo ketemu sama dia, kerjaannya lagi rapat mulu. Yang lebih keren itu dia yang tau kapasitas dirinya sampai mana dan kebutuhan dirinya seperti apa aja, jika dengan 1 atau 2 kegiatan luar aja udah cukup memenuhi kebutuhan, kenapa harus ribet ikut perpuluh-puluh kegiatan?! Apalagi kalo niat ikutan kegiatannya cuma buat keren-kerenan doang, nggak lah ya! Ingat lho ya tubuh punya hak untuk istirahat yang cukup dan berkualitas. Ini pesan terkhusus buat diriku sebenernya.

Mengetahui kapasitas diri itu perlu, supaya nggak kedodoran dan kewalahan sendiri ngatur waktu. Mengetahui hal apa aja yang bisa dikembangin dan diasah dalam diri juga penting, biar bisa memaksimalkan potensi diri dan jadi manusia yang bermanfaat, tapi dibalik itu semua, ga kalah penting untuk menunaikan semua kewajiban kita dulu. Jangan sampai yang sunnahnya dilakonin tapi yang wajib terabaikan. Kaya misal, tujuan utama kuliah apa? Ibadah sambil belajar kan ya, ini tuh malah sibuk banget kegiatan non-akademik sampe ibadah dan belajarnya (akademiknya) terlalaikan.

“gunakan kesempatan yang masih diberi, semoga kita takkan menyesal... Masa usia kita, jangan disiakan, karena ia takkan kembali... Ingat 5 perkara, sebelum 5 perkara, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati”  jadi inget kutipan hadis Rasul yang disenandungkan dalam nasyid “Demi Masa” oleh Raihan yang juga sempat aku senandungkan dulu saat perayaan maulid nabi di madrasah diniyah. “Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, yang nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3).

Memang benar, ada banyak hal yang bisa kita capai dalam hidup kita, ada banyak visi dan mimpi yang memacu kita untuk  terus berjuang dalam upaya mencapainya. Selalu ada alasan "mumpung masih muda! mumpung masih jadi mahasiswa!" tapi tak sedikit yang memaknakan kata ini untuk mereka melakukan apapun yang mereka mau, terlepas dari worth it atau nggaknya apa yang mereka lakukan. Kenapa harus worth it? oh God! your past never back!  so, mari melakukan yang terbaik! mari menjaga diri kita dari ketidakbermanfaatan! jadi aktivis yang zuperbussy itu pilihan kita, jadi mahasiswa yang kupu-kupu juga pilihan kita, jadi mahasiswa yang ngejar prestasi segudang tentu pilihan kita juga, tapi kita nggak punya pilihan dan nggak bisa nawar-nawar lagi untuk waktu yang Allah kasih untuk kita, 24 hours per day and 7 days per week, 4 weeks per month and 12 month per year! jadi, silakan puter otak buat cari cara cerdas untuk memanfaatkan waktu, gimana caranya supaya itu waktu bisa dibikin produktif, seimbang antara kewajiban utama sebagai manusia, absolutely ibadah kepada Allah, dan semuamuanya kegiatan dan rutinitas kita.   


Seberapa cerdasnya pun seorang ilmuan, tapi ia takkan mampu mengembalikan waktu yang telah berlalu, meskipun hanya 1 detik saja. Seberapa kayanya pun kita, takkan mampu kita membeli waktu yang telah berlalu, meskipun hanya 1 detik saja. Maka dari itu, aku menulis ini sebagai refleksi diri untuk bisa mengatur waktu dengan baik, tidak mengabaikan hak-hak Allah dan hak-hak diri atas waktu yang diberi selama 24 jam dalam sehari. Mari mengoreksi diri atas waktu-waktu yang telah berlalu, sudahkah digunakan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri dengan penjemputan-Nya yang pasti terjadi?! Ashtagfirullahaladzim, alladzi laa illahaillhuwalhayyul qayyum waatubuilaik.

Senin, 21 November 2016

Menerima Masalalu

Jika ditanya, hal apa yang paling sulit untuk aku lakukan? maka jawabanku adalah "Menerima Masalalu".  Kenapa begitu? Simak, inilah kisahku.
Setiap orang berkembang seiring menuanya usia kronologis dan matangnya usia psikologis. Idealisme yang terbangun dari mulai kita mampu berfikir kongkret hingga mampu berfikir abstak seperti sekarang ini. Banyak hal yang dulu fit dengan idealisme kita, namun setelah sekarang idealisme itu berubah semakin matang, hal-hal yang dulu kita lakukan kita sadari dan kita maknakan sebagai suatu kekeliruan dan kebodohan. 
Hidup terus berjalan, waktu terus bergulir, tidak
pernah ada tombol pause, stop, replay ataupun back
jadi, cobalah untuk terus berjalan dan terimalah
 siapapun kita dulu dan dari manapun kita bermula
Di masalaluku, banyak hal-hal jika jika aku terkenang dengan semua itu, maka aku benar-benar bisa mengutuki diriku sepanjang malam. Parahnya, bayangan masalalu tak bisa benar-benar hilang dengan mantra "Simsalabim" atau musnah begitu seja dengan sekali ketuk "Avadra Kadavra". Aku berfikir bahwa mengapa bisa sedemikian bodoh dan naifnya aku dulu sampai-sampai bisa melakukan hal-hal seperti itu dulu, padahal jika difikir kembali, seharusnya aku tahu itu adalah  dosa yang pantang dilakukan. Lalu aku meminta ampunan Tuhanku atas semua kesalahanku, lalu dengan penuh harap aku pupuk keyakinan bahwa Tuhanku sebaik itu, dia sudah jelas pasti mau mengampuni semua kesahalanku asal aku benar-benar bertaubat dan tidak lagi melakukannya. Aku rasa kini aku benar-benar bertaubat dengan hal itu.

Aku berfikir bahwa diriku harus menjadi sesempurna itu, namun ternyata aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku berasal dari suatu kisah pilu di masa lalu. disonansi kognitif yang benar-benar menyiksa. Aku tidak lagi menjadi sempurna seperti apa yang aku inginkan selama ini.
Melihat hal ini, maka aku harus belajar menerima masalalu, belajar memaafkan ketidaksempurnakan diriku, belajar untuk berhenti mengutuki kebodohanku di masa lampau dan kemudian mulai menerima semua kekurangan yang membuat aku belum mampu mencapai idealisme yang aku bangun. Aku harus bisa membebaskan diriku dari perasaan bersalah yang selama ini menjadi parasit, menggerogoti rasa percaya diriku dalam membangun kesempurnaan versi baru di masa depan. Aku harus belajar mengampuni diriku sendiri, sebagaimana Tuhan yang juga mengampuniku. Untuk apa selama aku memohon ampunan pada Tuhan, sedang diriku sendiri saja masih belum bisa mengampuni diriku?! 

Memikirkan kebodohan di masalalu hanya membuang banyak waktu yang seharusnya bisa digunakan lebih bijak untuk melakukan hal lain yang lebih bermanfaat. Faktanya menyumpahserapahi masalalu takkan bisa mengubah siapa diriku saat ini. Tuhan menciptakanku dengan penuh cinta dan kasih, taoi kenapa aku tak bisa mencintai diriku sendiri?! Kesempurnaan sebenarnya bisa jadi hanya bernilai subjektif saja, maka jadilah sempurna dengan cara dan versi kita sendiri. hiduplah untuk saat ini, berfikirlah tentang masadepan, dan belajarlah dari masa lalu. lepaskan dirimu dari semua rasa sesal dan bersalah,ampuni dirimu, lalu berjalanlah lebih jauh untuk meraih masa depan yang gemilang.

Senin, 17 Oktober 2016

Antara Emak dan Kesibukan Seorang Aktivis

Hola, kali ini aku akan coba membahas kesibukan dan panggilan pulang, buat kita-kita yang katanya aktivis kampus. Untuk kita para pengadu nasib di perantuan.Semoga potongan kisah ini dapat menghangatkan kembali semangat untuk segera pulang, melepas kerinduan dengan kampung halaman.


Kau boleh pergi kemanapun sesuka hatimu, tapi jika panggilan pulang itu sudah diserukan, pulanglah! Karena kau masih memiliki rumah yang merindukan kehadiranmu dan selalu menerimamu apa adanya,
Malam tadi, selesai shalat Isya, tiba-tiba si Champy berdering,
ternyata Mama yg telpon.
masih make mukena, aku geser layar si Champy lantas aku tempelkan k kuping kiri.
Me: "Assalamualaikum"
Ma: "Waalaykumussalam, Dek, lagi dimana?" (suara Mama terdengar lesu diujung sana)
Me: "Di kosan kok Ma, kenapa Ma?"
Ma: "Oh gapapa, Mama lg pengen ngobrol aja, udh makan?"
Me: "udah Ma, baru aja bikin indomie telor double"
Ma: "Jangan Indomie mulu! Nggak sehat Dek!"
Me: "Ini lagi pengen aja Mah, males banget ke warteg!"
Ma: "Dek, abis UTS libur nggak?"
Me: "Unpad mana ada libur Ma..."
Ma: "Oooh...." (nadanya turun, terdengar kecewa)
Me: "Kenapa Ma?"
Ma: "Papah nggak jadi pulang akhir bulan ini, dari Tegal mau  langsung ke Pekalongan, dapet tender disana"
Me: "Iya, tadi Papah telpon, Yaudah doain aja semoga Papah sehat terus. Mama lagi di rumah?"
Ma: "Iya, sepi banget di rumah Dek..."
Me: "Mama mau Adek pulang ya?"
Ma: "Adek kan nggak ada libur...."
Me: "Yaudah, Adek pulang ya insya Allah Jumat depan"
Ma: "Beneran? (nada bahagia) Tapi, adek kan pasti sibuk sama kegiatan lain" (nadanya turun lagi)
Me: "Iya Pulang insya Allah, kegiatan ada banyak Mah, tapi Adek tau kalo Adek harus pulang"
Ma: “Kalo Adek sibuk nggak apa-apa nggak usah pulang, jalanin aja dulu semua amanahnya!”
Me: “Amanah Adek nggak sekedar ikut rapat dan kegiatan, tapi juga berbakti sama Mama!”

Dan setelah itu Mama cerita panjang lebar dengan penuh antusias semua kegiatannya di kantor, kerjaannya, keadaan rumah sampai gosip terbaru di RT 1. ***Emak-emak banget ya... wkwkwkwk
Iya aku peka kok Ma, kalo Mama lagi pengen ditemenin & lagi kesepian banget di rumah.

Sangat dianjurkan kok aktif dibanyak kegiatan dengan niat ingin memaksimalkan potensi diri & menjadi Manusia yang lebih bermanfaat,  Tapi jangan sampai orangtuamu jadi prioritas nomor 7. Sehebat-hebatnya kita sebagai seorang aktivis mahasiswa, sekece-kecenya kita sebagai aktivis dakwah, kita tetaplah buah hati kesayangan ibu dan ayah kita, dan kepada merekalah pula bakti utama kita.
Seumur hidup kita diurus mereka, dididik & dibesarkan hingga kini, lalu sekarang sudah bisa merantau demi menggapai semua cita mereka jadi terlupakan karena semua kesibukan kita. Walaupun kita merantau pun tujuannya untuk memperbaiki nasib dan membahagiakan mereka, tapi ingatlah bahwa kebahagiaan yang tak kalah berarti yang bisa kita persembahkan untuk mereka bukan hanya sebatas materi, tapi juga afeksi dan eksistensi (keberadaan) kita disamping mereka. Nah, Padahal sorga kita saja ada pada telapak kaki Ibu kita, ada pada ridha ayah kita, kunci sukses kita terletak pada do'a mereka. Maka, jika panggilan pulang itu sudah datang, menyahutlah! Pulanglah! Karena kita masih punya rumah! Pulanglah, karena ada 2 malaikat yang membuka lebar sayapnya untuk memeluk kita sejenak dari semua kepenatan dan menyirami kita dengan keberkahan. Pulanglah! Karena kita sangatlah berarti dan dirindukan oleh mereka! Pulanglah, karena sebenarnya semua orang tua tak pernah berhenti merindukan anak-anaknya
Aktif itu harus, tapi berbakti kepada orangtua itu wajib hukumnya lho ya!
Semangat para aktivis muda! Selamat berbakti kepada almamater dan orang tuamu!
Jangan lupa kabari mereka selalu dan doakan mereka. even though just a text, They would be very happy to know that You'r allright. Because for them, You are so precious more than everything! 

***Titip salam untuk Emak, untuk keluarga tercinta di rumah, dari seorang anak rantau di Jatinangor yang selalu merindu handai taulannya***

Kamis, 04 Agustus 2016

U-N-P-A-D (UNPAD Supporter Song)

U-N-P-A-D
Ciptaan: NN

U-N-P-A-D
U-N-P-A-D
Unpad, Unpad, Unpad, Unpad
Kita bersatu!


***Hallo guys, so that's Unpad glory song!
Singkat dan mudah dihafal, lagu ini biasanya dipake buat membakar semangat rakyat Unpad saat Unpad berlaga di banyak event dan moment. Digemakan dengan penuh semangat diiringi kepalan tangan dan hentakan kaki, lagu ini seakan bisa membusungkan dada kite kite warga Unpad dan ngerasa makin bangga sama Unpad dan nunjukan Unpadisme kita nih! So, jangan ngaku anak Unpad yeee kalo kaga hafal lagu itu!
Hallo Buddy, welcome to the jugle! Salam Satu Unpad!

U eN Pe A De
U eN Pe A De
Unpad, Unpad, Unpad, Unpad
Kita bersatu!

Kamis, 02 Juni 2016

Pemimpin Teguh yang Meneguhkan: Thariq bin Ziyad


Thariq bin Ziyad adalah seorang  komandan pasukan islam yang mengemban misi penakhlukan Daratan Spanyol, tepatnya di Andalusia, Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri. Senin, 3 Mei  711 M, Thariq membawa 12.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain. Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”  Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.
Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya. Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Dengan total pasukan Thariq hanya 12.000 orang dan semangat menggebu, akhirnya pasukan Thariq bin Ziyad berhasil memukul telak musuh, sehingga kemenangan berada ditangan pasukan Thariq bin Ziyad.
Sekilas cerita diatas adalah gambaran sosok seorang Thariq bin Ziyad, awal mula mendengar kisah ini ketika aku masih duduk dibangku menengah pertama, sungguh sebuag kisah yang unik, bagiku Thariq bin Ziyad adalah salah satu pemimpin yang eksentrik, bagaimana tidak, karena dia menyemangati pejuangnya dengan membakar perahu dan perbekalan mereka sendiri, dengan tujuan utamanya agar  para pejuang termotivasi untuk menang, ya untuk menang, itulah satu-satunya pilihan agar tidak mati ditangan musuh atau mati sia-sia menyeburkan diri ke laut sebagai pengecut.

Tentu hal utama yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah keteguhan hati untuk meneguhkan dan menginspirasi bawahan agar mau bahu membahu memaksimalkan potensi untuk mencapai tujuan bersama, dan hal itulah yang ada sempurna dalam diri Thariq bin Ziyad, beliau berhasil membangkitkan semangat pasukannya yang hanya berjumlah 12.000 orang hingga mereka berhasil menakhlukan musuh yang jumlahnya 100.000 orang. Keteguhan jiwa yang mampu meneguhkan dua belas ribu jiwa lainnya untuk melawan musuh, ya itulah Thariq bin Ziyad, seorang pemimpin yang teguh dalam jalan perjuangannya.

Sabtu, 23 April 2016

Memaksa Tuhan

Memohonlah dengan penuh ketulusan dan
kerendahan hati. Ingat, kita hanya seorang
hamba!
Jika seandainya Tuhan (read: Allah) ternyata tidak ada, maka apakah kamu akan tetap menyembah dan beribadah kepadaNya? Sebuah pertanyaan yang sempat mengusik lamunan beberapa waktu lalu. hm... kalau seandainya Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin ada alam dunia seisinya? bagaimana mungkin ada makhluk seperti kita ini? tak mungkin kita tetiba ada tanpa ada pencipta. Ya nggak sih?! Logis kan?! ibadah memang merugikan? Seandainya Tuhan tidak ada pun tidak rugi kita ibadah, toh dari ibadah kita dapat banyak manfaat, ketenangan batin, kepuasan hati, kebahagiaan dan kekuatan spiritual. I think that!
Ok, aku mau bahas soal doa, karena doa adalah salah satu ibadah yang sering kita lakukan. mau apa-apa doa, lagi galau doa, lagi sedih doa, dan juga doa itu ibadah yang ritualnya paling simpel! Terus, ada apa dengan doa? Ya Allah, pokoknya aku mau UTS aku A semua nilainya! Ya Allah semoga Mama dan Papah selalu sehat, ya Allah semoga aku bisa pulang, dan lalalala... Kenapa ya kita berdoa? Doa menunjukan kelemahan tau! celetuk seorang teman yang atheis, hm... Tapi pada dasarnya memang sekuat apa sih manusia? Alaminya manusia butuh tempat untuk bergantung dan berbagi. nah, Tuhan adalah entitas immortal yang bisa dijadikan tempat bergantung. Manusia itu lemah sebenarnya, coba tes deh, diambil nikmatnya pasti jadi ngeluh dan sedih, disakiti pasti jadi sakit, dihancurkan ya bisa hancur juga, bahkan manusia punya batas toleransi sakit dimana ketika melebihi itu maka manusia bisa mati, ya mati! manusia memang lemah. nah tapi darimana manusia bisa bertahan dan menjadi lebih kuat? energi itu hal yang tak bisa dimusnahkan dan itulah yang menjadikan manusia kuat. ya energi dalam arti fisik dan mental. tapi siapa sih yang menciptakan energi? siapa lagi kalau bukan Tuhan! 
jadi, doa itu adalah wujud pengakuan dan merendahkan diri dihadapan Dzat yang Maha Sempurna. harusnya sih. tapi nggak jarang banyak dari kita berdoa namun juga memaksa Tuhan, kaya gini contohnya: "Ya Allah aku mau nilai aku A semua!" lho kok doanya maksa sama ngatur Tuhan? lha lu siapa emang?! merendahlah dihadapanNya selayaknya kita memohon lagi penuh harap, karena bahkan setiap kedip mata kita dan setiap detak jantung kita ada dalam kuasa dan aturan-Nya.
Semester lalu aku pernah do'a "Ya Allah pokoknya aku mau nilai Statistika aku minimalnya B! Ya Allah C juga gapapa deh yang penting nggak ngulang!" FYI: Statistika adalah mata kuliah yang dulu aku musuhi banget, karena isinya itungan semua! aku nggak suka ngitung dan nggak suka matematika pada dasarnya, makanya aku benci Statistika! karena itu, aku males belajarnya, jadi ya... nilai kuis sama uts ga bagus. Aku mulai gusar duh jangan-jangan nanti harus ngulang! dih males baget  gitu kan harus ngulang matkul yang paling nyusahin! akhirnya doa deh sama Allah "Ya Allah pokoknya aku mau nilai Statistika aku minimalnya B! Ya Allah C juga gapapa deh yang penting nggak ngulang!" nah tadaaa... setelah UAS, nilai diymumkan dan huft, nilainya mengharuskan aku ngulang matkul Statistika semester depan. nangis kejer deh, nyalahin Allah, merasa kalo Allah udah nggak sayang sama nggak lagi peduli sama aku, buktinya Allah nggak mengabulkan doa aku.
Akhirnya semester depannya aku mengulang statistika, yup sekelas sama adik tingkat. disana aku mulai membuka hati untuk Statistika, aku mau memperbaiki cara belajarku, alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan. Kebukti kok, kalau mau berusaha dan membuka hati, the difficult thing become easier. Nah semester ini ketemu sama banyak matkul yang ternyata butuh banget pengaplikasian statistika, pokoknya kalau nggak faham statistika ya kacau lah! nah aku kaget gitu, seakan Allah mengelus pelan dan bilang "Rina sayang, Allah suruh kamu ngulang supaya kamu lebih faham dan mau membuka hati dan fikiran untuk itu, jadi disemester selanjutnya kamu akan dapat melalui berbagai matkul yang membutuhkan pemahaman statistika dengan baik" Allah... sungguh kerdilnya aku! Allah, betapa kecilnya aku dihadapan-Mu.
Aku udah maksa Allah diawal, supaya Allah kasih nilai yang nggak usah aku ngulang, aku sudah takabur mengatur Allah, akhirnya Allah beri pelajaran yang begitu berharga dibalik ketidakterkabulan doa yang memaksa itu. Ya, alhamdulillah aku jadi lebih faham statistika dan jadi nggak statistik-fobia lagi. kan brabe kalo punya statistik-fobia, padahal mayoritas matkul di Psikologi membutuhkan apliksi dan pemahaman statistika, bahkan kalau nggak faham sama statistika nggak bisa lulus nanti, lha ngerjain skripsi sama penelitian pie toh? Aku juga kan yang rugi! coba kalo nggak ngulang, mungkin sampai sekarang aku masih nggak faham dan masih statistik-fobia. efeknya ya paling aku banyak nggak lulus matkul. naudzubillahimindzalik!
Poinnya, kita harus sadar posisi kita, tak jarang kita lupa bahwa kita hanya seorang hamba, seorang abdi, seorang makhluk yang tanpa daya! Tapi mintanya seakan kita tuan yang bisa mengatur semua sesuai kehendak kita. Ini reminder untuk aku sendiri juga yang masih sering khilaf. perlunya keikhlasan saat berdoa, kepasrahan dan pengharapan yang penuh keridhaan kepada-Nya, emang Tuhan itu kurang baik apa lagi sih? kita dikasih hidup, dikasih pelajaran, dikasih cinta, akal, nurani, badan yang lebih sering sehatnya, diberi kekuatan, rezeki, ah banyak banget! seandainya air laut jadi tinta untuk nulis segala nikmat-Nya, nggak bakal cukup juga!
jadi, memohonlah dengan penuh harap dan kerendahan hati, ingat, kita hanya seorang hamba!


Minggu, 20 Maret 2016

Nikah Sekarang Nggak Yaaa?!

Barang pasti kita memahami bahwa menikah adalah sunnah Rasul dan merupakan ibadah, menyempurnakan sebagian agama. daripada pacaran yang mendekati zina, jelas diharamkan dalam agama, iya nggak? tapi Rina disini mau sedikit cerita nih soal perkara nikah, based on my story and my friend's srory.
jadi ceritanya beberapa bulan lalu entah kenapa lagi ngebetbanget nikah. hahaha iya ngebet nikah. gegara teman-teman udah banyak yang nikah. trus liat mereka kayak happy banget gitu pacarannya abis nikah, udah ada yang jagain, udah ada yang ngimamin, udah ada yang nafkahin, udah punya pacar halal, duh, sedep banget dah kayaknya. terus darisana, Rina ikut Sekolah Pra-Nikah, ya makin aja deh tambah ngebet nikah. 
Sumber: google.com
Pintu yang terbuka, jangan dulu masuk sebelum kau
tahu apa yang menantimu didalam sana.
Qadarullah, lagi ngebet nikah ada seorang ikhwan yang ngajak taaruf kemudian pengen khitbah, duh rasanya kayak pucuk dicinta ulam pun tiba. tapi masalahnya adalah mama & papah belum memberi restu dengan alasan mereka masih menganggap kalo Rina  terlalu muda untuk nikah, ya karena saat ittu Rina masih umur 18 tahun mepet-mepet 19 tahun. aduh galaunya minta ampun! nikah kan bukan soal urusan usia, muda tua asal udah matang asal udah siap ya no problem dong! iya nggak sih?! tapi sayangnya Mama masih bersikeras kalo aku belum siap untuk nikah. aku protes karena aku rasa aku udah cukup dewasa untuk membina rumah tangga, but so My Mom didnt say that!
so, malam itu aku pulang, karena kebetulan memang mendapat libur weekend, Bandung-Banjar 5 jam ditempuh dengan hati yang penuh kecambuk. sampai di rumah akhirnya makan dan mandi, cari ketenangan lah ya setelah berlelah-lelah ria menempuh perjalanan jauh dari Bandung. selesai membersihkan tubuh dan mengenyangkan perut dengan sup ceker super sedap bikinan mama, akhirnya masuk ke topik inti. 
malam itu suasananya santai dan penuh kehangatan, akhirnya aku membuka pembicaraan dengan melempar candaan ringan, kemudian bercerita singkat tentang keadaan kampus dan keseruan kegiatanku bersama teman-teman. lalu semakin malam semakin serius saja akhirnya pembicaraan kami dan akhirnya masuk pada pembicaraan inti, ya intinya aku ngotot kalo aku sudah pantas seharusnya untuk bisa dilepas mama berumah tangga. disamping lain aku jadi kebingungan sendiri gimana jadinya menanggapi proposal yang terlanjur masuk melalui mentorku.
"Na, dalam fikiran Nna, nikah itu kayak gimana sih?" tanya Mama lembut.
"Ya membangun rumah tangga yang sawama Ma, ngelayanin suami, bersama-sama ngadepin semua tantangan hidup, ibadah bareng, berjuang bareng..." jawabku semangat
"nah kan katanya mau ngadepin semua tantangan hidup bareng-bareng, kira-kira bakal gampang nggak?" tanya Mama mengumpan balik
"Ya enggak akan mudah sih Ma, tapi kan kalo bareng-bareng bakal lebih mudah"
"Nna pernah liat Mama sama Papa berantem kan? nah tantangan hidup setelah rumah tangga itu kayak gitu, nggak butuh cuma cinta agar semua berjalan mulus, dan pada dasarnya kemulusan jalan itu nggak pernah ada. Nna udah siap kalo ternyata suami Nna punya sifat yang buruk yang nggak Nna suka? Nna udah siap kalo suatu saat Nna akan punya anak, ngurusin anak, ngedidik anak, ngurusun suami juga, itu bukan hal mudah lho! udah siap kalo seandainya suami Nna nggak bisa nafkahin Nna secara sempurna? udah siap ngeback-up kalo iman lagi lemah?"
deg... aku nggak bisa jawab. hayo lho...
"Nna udah faham apa tujuan nikah Nna?" lanjut mama
"hm... ya menyempurnakan separuh agama mah, menjauhkan diri dari zina terutama!"
"niatnya baik, tapi sebenernya menyempurnakan separuh agama itu kayak apa sih?"
"ya pokoknya berjuang bareng-bareng untuk mencapai jannah Mah" jawabku polos, sedikit ragu. Oh good, aku mulai meragukan hatiku sendiri.
"terus menjauhkan diri dari zina, emang Nna ada niat untuk zina jadi harus sampe sesaklek ini nikah suapaya ga zina? emang Nna nggak bisa jaga kemuliaan Nna?"
"ya enggak gitu juga Ma, tapi kan kalo udah nikah halal kan mau ngapain juga, lebih terjaga gitu!"jawabku malu. ya aku merasa malu sendiri.
"Mama bukan nggak percaya sama anak mama sendiri, tapi kalo tujuan nikahnya supaya bisa pacaran halal, apa itu udah bisa dibenarkan?"
"ya tapi kan ma..."
"tujuan nikah itu ibadah, mengabdi sama suami, merelakan banyak kebebasan saat masih sendiri dengan pengabdian tanpa henti 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu untuk suami belum lagi sama anak nanti. sudah yakin mampu? sudah melapangkan hati seberapa lapang untuk menanggung semua beban dan luka-lukanya nanti?"
"hm..."
"perbaiki tujuan nikah, nikah itu karena apa? karena Allah apa karena nafsu? ingin ibadah atau ingin memuaskan diri dengan pasangan? nikah itu iri karena belum bisa menyempurnakan agama atau iri karena orang lain udah enak-enakan punya pasangan?"
teng tong... nggak bisa jawab. malu. malu. malu. Ashtagfirullah...
"ingat, nikah itu bukan perkara simpel kaya beli ayam di pasar, nikah itu butuh kesiapan, butuh kematangan, butuh keteguhan. mama tau anak mama pasti mampu, tapi suatu saat, bukan saat ini. sekarang kalo kangen mama aja masih rengek-rengek minta pulang, kalo pengen apa nggak dibeliin aja masih suka ngambek-ngambek, kalo dibangunin tahajud aja kadang masih ada ntar ntarnya, ngatur uang jajan aja masih suka kebablasan, beberes rumah aja Nna kadang masih males-malesan! hayo gimana nanti kalo udah punya suami, gimana ngelayanin mertua?"
jleb... aku hanya mampu melongo. persis kaya anak TK terkagum-kagum liat sirkus.
"Mama nggak ngelarang nikah, tapi mama cuma ingin anak mama bisa lebih dewasa untuk memutuskan semua keputusan dalam hidup. nikah itu cari ridha Allah kan? berarti butuh keikhlasan dan keteguhan dalam menjalaninya. buru-buru itu dari syaitan datangnya kan, mama pengen Nna berfikir bener-bener soal nikah itu. jodoh itu datang diwaktu yang tepat kok. sekarang nna masih kuliah, masuk ke unpad itu bukan hal mudah, yakin mau ngelepas kuliah? ya kalopun sambil kuliah, seberapa bagus Nna bisa nyeimbangin waktu buat kuliah sama waktu buat suami? Nna udah dewasa, coba berfikir lebih mendalam lagi ya, ini bukan perkara mudah jadi harus dipikirin mateng-mateng. Mama sayang sama Nna"
cukup Ma, aku nggak bisa jawab. Mama maafin aku... aku udah suudzan sama mama, iya memang benar apa yang dikatakan mama. Ashtagfirullah, niat aja belum bener, gimana ngejalaninnya ya. dahsyat memang godaan syaitan mengotak-atik perasaan. hilang sudah semua galau. fix, aku mau benahin diri dulu baru siap melangkah lebih jauh,
ah, terkadang diri ini terlalu egois, terkadang iman yang tak seberapa kokoh ini mau sok-sokan menantang semua ujian yang belum sesuai proporsinya. mau dibikin secompang-camping apa duhai hati? terkadang melihat ada pintu terbuka, rasanya pingin langsung aja masuk tanpa mempertimbangkan apa sebenernya yang ada dibalik pintu. butuh persiapan! jodoh kan cerminan, kalo sekarang kita lagi beberes diri,insya Allah jodoh kita diluar sana juga sama-sama lagi beberes, dan lagi tiap manusia yang Allah ciptakan sudah disiapkan pasangannya, tinggal doa aja sama Allah, semoga mendapat yang terbaik. ingat! luruskan niat! perbaiki diri! teguhkan iman! ikhlaskan hati! 
salam jomblo mulia!:)
Allahualam

Selasa, 08 Maret 2016

Kisah Anak SMK Multimedia yang Belajar Psikologi di Unpad

Mengawali cerita ini dengan untaian kenangan manis semasa masih mengenakan putih abu, ah rasanya rindu sekali.
Flashback ke jaman-jaman penerimaan mahasiswa baru difakultasku (read: ospek) sudah pasti agenda yang paling sering dilakukan adalah perkenalan diri, tentu untuk membantu bersosialisasi dengan teman-teman baru dan semua civitas kampus. Format perkenalannya pasti nama, asal sekolah dan NPM (Nomor Pokok Mahasiswa), yeah saat itu dari 146 mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad yang baru diterima, hanya ada 3 orang yang backround pendidikannya dari SMK, dan aku adalah salah satu dari 3 manusia langka itu. “Hallo teman-teman, nama saya Rina Parliya, asal sekolah SMK Negeri 1 Banjar jurusan Multimedia, NPM 140076” saat kalimat itu meluncur dari mulutku didepan seluruh rekan-rekan saat sesi perkenalan, sontak ada berbagai ekspresi yang ditunjukan audiens, ada yang bisik-bisik entah apa pula yang mereka bisikkan dan kebanyakan terlihat keheranan, finally aku hanya bisa tersenyum keki sendiri. That’s my unforgottable moments!

Almamaterku sekarang, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran 
Fapsi (Fakultas Psikologi) Unpad memang fakultas yang termasuk pada ranah Sains, sehingga mahasiswa yang masuk didalamnya merupakan siswa SMA jurusan IPA mayoritasnya. Hanya segelintir saja yang berasal dari selain itu, dan aku menjadi salah satu dari segelintir mahasiswa yang diterima namun tidak berasal dari jurusan IPA dan jelas bukan lulusan SMA. Saat pertama belajar, agak kaget juga, ternyata pelajaran dasarnya adalah biologi, mata pelajaran yang tak kujumpai selama belajar Multimedia di SMK. Kemudian apa, hahaha semua buku pelajarannya dalam bahasa inggris dan tebalnya rata-rata 500an halaman. Syok! Iyalah syok! Meski kemampuan bahasa Inggrisku lumayan (yeah tak terlalu katrok lah alhamdulillah).

 Empat Semester kini terlewati dengan semua usaha adaptasi mati-matian alhamdulillah.  Adaptasi ya, sesuatu yang gampang-gampang susah. Pertama harus jauh dari rumah, hidup sebagai perantau. Kedua, Banjar itu masih asri, tak ada kemacetan, polusinya lebih rendah, kriminalitas tidak terlalu tinggi, belum terlalu padat penduduk, harga-harga bahan pokok masih terjangkau, dan karakteristik penduduknya yang lebih ramah dan bersahaja. Jatinangor-Bandung, yah kota ini macet, padat, berdebu, biaya hidup mahal, kriminalitas tinggi, penduduknya yang heterogen dan urbanism membuat interaksi hanya seperlunya dan sangat individualis.

Menyoal Adaptasi seorang alumni SMK Multimedia di Fapsi Unpad, Psikologi sungguh jauh berbeda dari Multimedia. Jauh jauh jauh sekali. Anak tekhnik informatika yang kemudian belajar ilmu tentang perilaku manusia dan proses-proses mental, sama saja seperti seorang sopir taksi yang kini diharuskan menjadi masinis kereta api. Berbeda haluan dan berbeda jalan. Awalnya pekerjaan sehari-hari adalah bercumbu bersama komputer, bongkar pasang komponen komputer, mengedit gambar, suara, video, animasi, membuat desain, mengelola halaman web, fotografi, sinematografi, dan lain sebagainya. Sekarang pekerjaan sehari-hari berkutat dengan buku-buku teks Psikologi berbahasa inggris yang tebalnya ratusan halaman, jurnal penelitian, presentasi, penelitian, makalah, wawancara, dan semacamnya. Awalnya rekan terbaik didepan layar laptop adalah adalah Adobe Photoshop, Flash, Premiere, After Effect, Dreamweaver, Autocad, Audition, Corel, Ulead, dan sejenisnya. Sekarang ketikan makalah, jurnal, membuat presentasi, mengolah data statistika di SPSS.

Ceritanya tadi siang selepas mata kuliah Psikometri, ada seorang teman kuliah yang meminta bantuan untuk mengecek laptopnya yang agak bermasalah. Yah, aplikasi Adobe Photoshop yang barusaja ia install ternyata tidak bekerja, saat shortcutnya diklik, ternyata aplikasinya tidak kunjung nge-run. Selidik punya selidik ternyata aplikasi tersebut belum terinstall dengan benar dilaptopnya, karena nampaknya temanku yang satu masih begitu awam dengan urusan perkomputeran. Akhirnya aku menginstall kembali aplikasi tersebut dan yippi, alhamdulillah aplikasinya bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Almamaterku semasa putih abu, SMK Negeri 1 Banjar
Di lain kesempatan, pernah disuruh menginstall ulang sistem operasi pada laptop salah seorang teman yang terinfeksi virus sehingga OS-nya menjadi disfungsi. Pada lain kesempatan pernah juga dimintai tolong seorang teman yang laptopnya tidak dapat menangkap sinyal wifi. Paling sering pernah disuruh mengedit video dan slide presentasi oleh teman-teman sekelompok dalam suatu tugas kelompok salah satu mata kuliah. Lalu ketika bergabung dalam berbagai organisasi sering juga menjadi orang yang ditunjuk untuk membantu staff pubdok untuk mendesain sertfikat, baliho, poster ataupun video persembahan. Yang paling parah adalah ketika aku diminta seorang kakak tingkat untuk membantunya mengatasi masalah komputernya yang tak mau menyala jika dinyalakan kemudian membantu membenarkan acces point wifinya yang rusak. Ya Allah... aku sudah dianggap sebagai tekhnisi komputer yang seakan serba bisa, hanya karena titelku sebagai lulusan SMK Teknik Informatika.

Benar memang bahwa Ilmu itu tidak ada yang mubazir, semua yang aku pelajari selama di SMK benar-benar aku rasakan manfaatnya sekalipun bidang keilmuan yang aku dalami sekarang tidak sejalur dengan basic ilmuku di SMK. Multimedia dan Psikologi jelas tidak ada kaitannya, namun ilmu multimedia dapat diaplikasikan untuk mempermudah pembelajaranku di Psikologi. Sangat membantu bahkan! Teringat kata-kata Kajur dan guruku dulu “Sekarang mungkin kalian hanya belajar Multimedia, lulus sebagai alumni SMK jurusan TI, tapi kalian harus faham bahwa orang-orang diluar sana tidak mau tahu kalian belajar apa saja di MM, yang mereka tahu bahwa kalian adalah lulusan sekolah komputer! Apa saja tentang komputer kalian akan dianggap paling faham! Mau itu diperakitan hardware, sofware, pemrograman, jaringan, dan semua yang berhubungan dengan komputer! Orang tidak mau tahu kalian harus bisa faham itu semua!”

Kata-kata itu seperti ramalan yang terbukti sekarang! Memang benar setelah lulus dan bahkan setelah sekarang dua tahun di Fapsi, teman-teman yang tahu aku dari jurusan Multimedia menganggap bahwa aku adalah ahli komputer, yang padahal di Multimedia banyak juga hal mengenai komputer yang tak dipelajari secara mendalam, tapi mau tidak mau harus bisa, kalo tidak orang akan beranggapan bahwa ternyata alumni Multimedia itu tidak kompeten. Ah rindu rasanya masa-masa bisa berdiskusi bebas dengan guru dan teman, rindu rasanya mengolah kreativitas pada kanvas adobe, rindu rasanya ketika menjadi aktor dadakan & kru film saat harus syuting demi memenuhi tugas sinematografi, rindu rasanya saat membongkar CPU praktek dan menyebutkan komponenya satu persatu, rindu rasanya ketika harus berusan dengan script animasi, ah aku rindu ketika masih boleh salah dan mendapat pengajaran dari guru-guru.

Ya, aku sekarang belajar Psikologi dan aku bangga menjadi alumni SMK! Aku bangga menjadi lulusan Multimedia!

Eits, ada kelanjutannya, mampir ya kesini: Kisah Anak Multimedia yang Masuk Fakultas Psikologi Unpad Part 2


Senin, 07 Maret 2016

Sayup Shalawat di Tengah Malam

Saudariku, semoga hidayah Allah menitik pada jiwamu,
laksana tetesan embun yang menyegarkan mawar.
Beberapa malam lalu aku agak sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, jadi aku terpaksa tidur cukup larut. waktu menunjukan pukul 00.13 kost-an sudah senyap sepi, penghuni-penghuninya sudah terbuai kealam mimpi membalas dendam atas lelah kegiatan seharian. Aku masih asyik mengetik tugas makalah, dengan mata yang terkatup-katup menggoda untuk menyudahinya saja dan segera terlelap. Tiba-tiba sayup-sayup kudenger ada lantunan MP3 Shalawat, ah syahdu sekali. masih bertanya-tanya, siapa gerangan yang menyetelnya ditengah malam seperti ini ya?! Aku melongo keluar jendela dan ternyata sumbernya dari kamar tetanggaku. Aku agak heran dan aneh dengan lantunan shalawat itu pasalnya penghuni kamar yang nyetel itu adalah seorang non-muslim.

Penghuni kamar itu, dia adalah rekan yang sudah kukenal baik. Tapi kok mau ya dia nyetel shalawat? Tanyaku dalam hati. Paginya, aku milhat ia sedang menyemir sepatu didepan kamarnya, tak menyianyiakan kesempatan aku hampiri dan aku tanya dia, kenapa mau mendengarkan shalawat yang notabene adalah salah satu nyanyian untuk memuliakan Rasulullah, sedangkan Ia sendiri bukan seorang muslim. Jawabannya mengetuk relung hatiku yang terdalam, "Abis enak sih, aku ngerasa nyaman aja gitu dengernya Na, hehehe" jawabnya polos diiringi tawa. "Oh iya, aku juga hafal Al-fatehah sm Al-Ikhlas kok! Soalnya aku suka dengerin itu dari speaker mesjid deket rumahku tiap hari! Apalagi kalo pas sembahyang jumat tuh, imamnya suka baca ayat yg panjang-panjang, aku suka dengernya, merdu sama syahdu gtu tau Rin!" aku hanya bisa tersenyum dan menimpalinya "Wah hebat banget! Masya Allah". Ia melanjutkan ceritanya, "Sebenernya kalo aku ndak bisa tidur, aku setel shalawat, rasanya hati menjadi tenang, rasanya seperti dielus-elus sama dinina boboin gitu!" hatiku terenyuh.

Mengingat tiga puluh menit lagi aku harus berangkat ke kampus, aku pungkas pembicaraan ringan kami. Dalam hatiku: "Semoga suatu saat kamu bisa baca itu tiap hari dalam ibadahmu ya, semoga shalawat yang menina bobokan kamu itu menjadi jalan kamu untuk bisa mendapat hidayah. Kamu orang baik, semoga kebaikan Allah mengantarkanmu pada cahaya-Nya" kemudian aku melengos pergi dengan mata berkaca-kaca dan perasaan haru biru yang memenuhi rongga jiwa.

Minggu, 06 Maret 2016

I Will Be Stronger Than Sorrow

I will be stronger than my sorrow, than my sadness, than my loneliness and than my tears. I will seize the day and catch the future. Im swear!

Setelah dua tahun merantau, aku kira aku akan mulai lebih terbiasa dengan kehidupan tanpa Mama, tapi semuanya salah. Awalnya kukira akan mudah hidup sebagai perantau, tapi kenyataan mengkhianati ekspektasi. Siapa menyangka disini aku masih lebih sering merasa kesepian, siapa menyangka ternyata hidup sendiri itu begitu banyak menyusahkan dan menggores banyak luka.
Bukan karena aku begitu manja pada Mama, ah Mama dan Papah mendidikku untuk menjadi seseorang yang mandiri dan kuat, sejak kelas tiga sekolah dasar, aku sudah dibiasakan untuk mengerjakan berbagai pekerjaan rumah dan mengurusi kebutuhanku sendiri. Bukan, bukan karena Mama adalah seorang ibu yang pemalas atau ibu yang galak, tapi mama sudah dari jauh-jauh hari mempersiapkan aku untuk tumbuh menjadi seorang wanita yang mandiri.
Kehidupan kuliah tidak melulu tentang sok keren bergaya karena “gue mahasiswa” ada banyak hal yang tak bisa dengan mudah disepelekan dan tak seindah yang diekspektasikan. Ya, karena ternyata aku masih belum cukup kuat untuk memunggu beban ini sendirian. Karena pada akhirnya aku masih meraba-raba tangan Mama dan Papah saat pundak ini mulai terlalu lelah untuk menanggung semua ini sendirian.
Aku memang bukan tipikal orang yang dengan mudahnya bergaul dengan orang-orang baru, dan ternyata aku mulai tak bisa membohongi nuraniku sendiri. Ya, aku kesepian. Kodrati Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, yang hidupnya seimbang karena interaksinya dan saling membutuhkannya dengan manusia lain. Bahkan banyak penelitian dan teori yang mengatakan bahwa manusia yang tidak memiliki sahabat atau orang yang disayangi cenderung memiliki umur yang lebih pendek dan lebih rentan terserang gangguan kesehatan jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki banyak sahabat dan bersosialisasi.
Aku bersyukur karena sejauh ini, aku tidak memiliki masalah akademik serius. Nilai-nilai yang aku peroleh tiap semester memang tidaklah mencapai nilai yang amat sempurna, tapi masih dikategori aman dan cukup baik. Yeah, not bad. Aku bukan pemalas dan bukan seseorang yang suka menunda pekerjaan. Setiap tugas dan ujian yang diberikan dosen, sebisa mungkin aku mengerjakannya dengan baik bahkan cenderung sulit puas dan terus memperbaikinya. Ya, karena aku rasa aku seseorang yang cukup terobsesi dengan kesempurnaan—read:Perfectionist--.
Yang menjadi masalah kini adalah, aku merasa begitu sulit menemukan sahabat yang cocok denganku. Ya, dengan karakterku yang independen ini. kadang  aku berfikir, mungkin hal ini disebabkan karena keindependenanku, yeah, I can stand on my own step. Aku benci ketika harus menyusahkan orang lain dan harus bergantung pada orang lain, walau pada faktanya ada saja hal-hal yang tidak memberiku pilihan selain harus agak merepotkan orang lain. Menjadi independen adalah sebuah pilihan, ya dan aku sudah memilihnya. But it doesn’t mean that I need not to have relations with peoples. Ofcourse ya, i need friends.
Aku memang memiliki beberapa teman yang cukup nyaman untuk berbagi, mereka orang-orang yang baik dan menyenangkan. Mereka tulus dan bisa memahami karakterku. Namun sayangnya mereka juga orang-orang yang hampir setipe denganku. Yeah, they’r independent peoples too. Kami sering bersama namun sering juga tidak bersama. Kami sering saling membutuhkan namun sering juga saling mengacuhkan. Kami sering saling peduli namun sering juga saling tidak mau tahu. Yeah, that’s we are!   
Disaat-saat penuh tekanan seperti saat ini, sungguh yang aku rindukan hanyalah rumah. Yeah, let me going home! Aku begitu rindu saat dimana aku menghamburkan semua tangisku pada mama, menceritakan hitam merah hari-hari yang aku lewati. Aku rindu panggilan mama yang nyaring saat menyuruhku segera sembahyang dan membangunkanku untuk bersiap berangkat sekolah. Aku rindu lembut nasi tungku dan sayur sup yang dimasakan mama untukku. Aku rindu ketika pulang sekolah Papah sudah menungguku didepan gerbang, aku rindu saat tangan kokoh Papah memijat kakiku yang pegal ngilu selepas pelajaran olahraga. Aku rindu aroma kamarku, aroma dapur, aroma lantai dan aroma mawar melati yang berlomba mekar dipekarangan.

Aku merasa muak terkadang, ketika aku menyadari bahwa aku kesepian. Aku muak ketika aku menjadi lemah dan terlihat begitu menyedihkan. Tapi kau tahu Ma, Pah, aku takkan menyerah begitu saja. Aku akan menjadi lebih tangguh daripada kesepian itu sendiri. Aku akan menjadi lebih kuat daripada rindu itu sendiri. Aku akan menjadi lebih bermakna dengan semua kesedihan ini. Ya aku akan pulang, segera, setelah semua airmata ini berubah menjadi senyum kebahagiaan. Doakan aku Ma, Pah...