Sinematografi
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema - κίνημα
"gerakan" dan graphein - γράφειν
"merekam") adalah pengaturan pencahayaan
dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema.
Sinematografi sangat erat hubungannya dengan seni fotografi tetap. Banyak kesulitan teknis
dan kemungkinan-kemungkinan kreatif yang muncul ketika kamera dan elemen adegan
sedang bergerak.
Pengertian
Seorang sinematografer
adalah orang yang bertanggung jawab semua aspek Visual dalam pembuatan
sebuah film. Mencakup Interpretasi visual pada skenario, pemilihan jenis Kamera, jenis bahan baku yang akan di pakai, pemilihan lensa,
pemilihan jenis filter yang akan dipakai di depan lensa atau di depan lampu,
pemilihan lampu dan jenis lampu yang sesuai dengan konsep sutradara dan cerita dalam skenario.
Seorang sinematografer juga
memutuskan gerak kamera, membuat konsep Visual , membuat floorplan untuk
ke efisienan pengambilan gambar. Artinya seorang sinematografer adalah orang yang
bertanggung jawab baik secara teknis maupun tidak teknis di semua aspek visual
dalam film.
Sinematografer
harus mendukung visi dari sutradara dan
skenario, karena bagaimanapun yang akan di sampaikan ke pada penonton
adalah semua informasi dalam bentuk Visual yang sesuai
dengan visi sutradara dan visi skenario walaupun di beberapa kasus , sutradara bisa merubah jalan cerita dalam
skenario demi keindahan bercerita yang sudah merupakan gaya sutradara tersebut.
Sinematografer
adalah juga kepala bagian departemen kamera , departemen pencahayaan dan
Grip Departement untuk itulah Sinematogrefer sering juga disebut sebagai
Director of Photography atau disingkat menjadi DoP.
Pada industri perfilman,
seorang Sinematografer atau DoP akan di Bantu oleh sebuah tim yang
dibentuknya mulai dari
- 1st Camera Assistant yang bertugas mendampingi dan membantu semua kebutuhan shooting mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot.
- Focus Puller yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
- Camera boy istilah ini sering digunakan pada industri film di Hollywood, adalah seorang asisten kamera yang bertugas membawa kamera atau mempersiapkan kamera mulai dari tripods hingga memasang kamera pada tripods tersebut.
- Grip adalah bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DoP baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab dalam perpindahan kamera artinya Grip departemen yang memasang dolly track dsb.
- Gaffer adalah istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen pencahayaan. Bersama DoP , Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis cahaya dan gaya tata cahaya DoP tersebut.
- Lightingman adalah orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DoP.
Karena film adalah
sebuah kerja tim (Team Work) maka sangatlah penting untuk seorang
sinematografer atau DoP untuk mempunyai tim yang bisa bekerja sama
secara tim dengannya. Artinya tidak bekerja secara individu.
Seorang
sinematografer yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami alat
yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Karena Kamera hanyalah “alat
Bantu” atau Tools saja maka seperti alat Bantu yang lainnya juga kita sebagai
Sinematografer yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera
tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan kita yang sudah menjadi visi
sutradara dan visi cerita atau scenario.
Untuk memahami
kamera kita harus membaca buku prtunjuk dari setiap kamera yang akan kita
gunakan karena setiap industri kamera mempunyai tekhnologinya sendiri-sendiri.
Pada prinsipnya semua kamera sama dan hanyalah alat Bantu kita mewujudkan
gambar yang sesuai dengan yang di inginkan akan tetapi alangkah baiknya jika
pengguna sudah memahami kamera tersebut secara teknis dalam petunjuk di bukunya
(manual book).
Pada masa sekarang
kamera secara garis besar terbagi dalam 3 jenis dilihat dari penggunaan bahan
baku. Yaitu :
- Motion Picture Camera atau kamera dengan bahan baku seluloid baik 35 mm /16mm. Contoh kamera: Arriflex 435 Xtreme – 35 mm camera
- Video Camera atau kamera dengan bahan baku video tape. Contoh kamera: Sony HDV Video Camcorder
- Digital camera atau kamera dengan bahan baku digital / tapeless. Biasanya menggunakan CF card atau SD card bisa juga dengan cakram seperti DVD. Contoh kamera: Sony EX3 – Digital Camcorder
Anatomi kamera
Pada prinsipnya
kamera dibagi menjadi tiga bagian :
- Lens
- Camera body
- Magazine / tape compartments
Lensa Pada prinsipnya
lensa adalah seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan
kejernihannya harus di jaga, karena lewat lensalah gambar / cahaya akan di
transmisikan ke film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal
ada tiga jenis lensa yaitu :
- Lensa Wide : adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
- Lensa Normal : adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
- Lensa Tele : adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa yang
bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini adalah
merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya
disebut : Zoom lens. Kelemahan dari lensa-lensa variable focal
length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada pencurian
cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.
Pada setiap lensa
yang professional maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu yang
pertama adalah Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur focus
dalam sebuah shot. Kemudian ada Focal length ring ( pada lensa zoom
atau variable focal length ) focal length adalah panjang
pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal sebagai jarak dari titik api
lensa ke bidang datar atau film plane. Yang terakhir adalah F.stop
atau Diafragma ring yang berfungsi untuk mengatur exposure sebuah
shot.
Setiap lensa
mempunyai cacat atau kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat
produksi, seperti distorsi , aberasi dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa
ini tidak selalu dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek
dramatik yang ada di dalam scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah
ketajamannya masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of
Field disingkat dengan DoF. Jadi depth of field adalah daerah
ketajaman di mana subyek/obyek terlihat jelas atau tidak blur di kamera.
Depth of Field sendiri di
pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
- Jarak dari kamera ke objek atau subjek
Jarak dari kamera
ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah ketajaman
karena semakin dekat objek atau subjek dengan kamera maka akan semakin pendek Depth
of field nya karena setiap lensa hanya memiliki satu fokus poin saja.
- Besar kecilnya bukaan diafragma
Besar kecilnya
diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena semakin
kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field nya
berarti semakin besar angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth
of fieldnya, sedangkan semakin lebar bukaan diameter diafragma akan semakin
pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka seperti 4 – 2,8 –
1,4 dan sebagainya akan semakin pendek depth of fieldnya. Diafragama
adalah diameter lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap
atau terangnya sebuah gambar.
- Panjang pendek nya /Focal length sebuah lensa.
Semakin panjang
sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek, sedangkan
semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi panjang
atau luas.
Exposure dan Scene
Brightness
Exposure bisa
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman gambar.Fungsi dasar
sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa digunakan untuk mencetak
gambar. Sama seperti fenomena lubang jarum atau pinhole phenomenon artinya
jika kita melepas lensa dan menggantikannya dengan kertas hitam dengan lubang
di tengahnya maka akan bisa juga untuk menangkap imajinasi hanya saja waktu
eksposur yang di perlukan akan lebih lama.
Camera Body
Pada bagian inilah
gambar direkam atau di tangkap baik secara organik dengan seluloid 35mm seperti
pada kamera Film maupun perubahan dari cahaya ke gelombang electromagnetic pada
Video atau Digital. Pada kamera film bagian ini yang
paling penting dijaga dari kontaminasi debu, cairan maupun radiasi karena akan
mempengaruhi hasil shooting. Pada kamera video atau digital pada bagian
ini akan banyak sekali tombol pengaturan imajinasi.
Magazine
Pada kamera Film,
magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun setelah di
ekspose. Pada kamera Video atau Digital bagian ini adalah tape atau card
compartments yaitu bagian dimana kita memasang kartu seperti SD atau CF
atau kaset video.
Gunakan
sinematografi sebagai seni. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa untuk mencapai
hasil yang maksimal dan memuaskan, diperlukan ketrampilan yang cukup. Seorang
sinematografer harus berusaha agar kamera tidak menjadi benda asing baginya,
kita harus mengenal setiap detail pada kamera tanpa harus berpikir sehingga
konsentrasinya dapat dipergunakan untuk bidang kreatif pada sinematografi.
Sudut kamera
Camera angle atau sudut
penempatan kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi.
Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang
membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk
mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa
memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini adalah mata penonton
melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita
gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton
lebih dekat dengan action yang ada dalam film , misalnya dengan teknik close
up dan lain sebagainya.
Penempatan sudut
kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya analisah pada
skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman
panjang dan ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif
sifatnya. Akan tetapi jika kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita
dalam membuat sebuah shot.
Penempatan sudut
kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya adalah jika
kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis axis kamera
, maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini yang membuat
penonton merasa subyek lebih kecil baik secara fisik atau lebih rendah
derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan untuk
memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. Sedangkan penggunaan Low Angle
– Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton diposisikan lebih
rendah dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi
secara fisik atau lebih tinggi derajat nya dalam tatanan sosial. Hal seperti
ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja , hakim dsb. Kemudian
ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama tingginya dengan
level subjek atau jika subjek berdiri / duduk kamera berada pada aksis yang
sama dengan posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan subjek ke subjek
lain dalam sebuah potongan tapi bukan Point of View.
Pada dasarnya
kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu :
- Obyektif camera angle
Angle obyektif
maksudnya adalah kamera menjadi point of view cerita, artinya penonton
melihat semua elemen visual yang sutradara berikan dalam filmnya. Contoh yang
paling gampang adalah dalam film dokumenter dimana orang-orang tidak melihat ke
arah lensa kamera atau dalam candid shot / kamera tersembunyi.
- Subyektif camera angle
Angle subyektif
maksudnya adalah seperti personal view point artinya penonton
berpartisipasi dalam sebuah shot seperti pengalaman sendiri. Contohnya adalah
shot dari udara atau aerial shot yang memperlihatkan pemandangan kota. Atau birds
point of view.
Jika seorang aktor
melihat langsung ke arah lensa / penonton maka penonton disini juga
berpartisipasi dalam sebuah shot tersebut, maka bisa juga di sebut angle
subyektif.
- Point of view
Point of view adalah pandangan
subyektif dari subyek dalam scene. Maksudnya jika kita melihat seorang aktor
melihat ke arah langit kemudian shot selanjutnya adalah arak-arakan mega di langit
maka shot ke dua tersebut adalah point of view subyek tersebut.
Jenis rekaman
Shot sering
didefinisikan sebagai sebuah aktifitas perekaman dimulai dari menekan tombol
rekam pada kamera hingga diakhiri dengan stop. Sedangkan Scene adalah
sering diartikan sebagai tempat atau setting dimana sebuah cerita akan di
mainkan, hal ini tentu saja terpengaruh dari dunia teater atau panggung. Sebuah
Scene bisa terdiri dari beberapa shot atau bisa saja satu shot panjang yang
disebut sebagai Sequence shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa
scene dan shot dalam satu kesatuan yang utuh.
Tipe-tipe dari
shot di bagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada
komunikasi visual , ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan
informasi kepada penonton maka kita memerlukan beberapa penekanan atas
informasi penting tersebut, maka dari itu kita memerlukan detail penyampaian
informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot, misalnya
kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat
detail atau menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan.
Type of
shot :
- Long shot
- Medium close up
- Medium shot
- Knee shot
- Full shot
- Close shot
- Extreme close up
- Close up
Komposisi
Komposisi adalah
bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi adalah
usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual disini
bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang kita
berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita mengarahkan penonton pada
Point of Interest ( POI ) dalam gambar yang kita buat. Dengan mengarahkan
penonton pada PoI maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita
dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah
gambar maka mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi , akhirnya perhatian
mereka pada cerita juga akan terganggu.
Dalam film atau
dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar
penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam memahami film
kita. Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat, akan tetapi
kita bisa saja melawan aturan tersebut asalkan tetap bisa mengarahkan perhatian
penonton pada Poi. Banyak sekali factor yang mempengaruhi komposisi
diantaranya ; warna , garis , texture , bentuk , ukuran dan sebagainya.
Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi
gerak. Karena bisa saja subyek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita
harus terus mengatur elemen-lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga
penonton tetap setia pada Poi.
Pencahayaan
Cahaya adalah
salah satu elemen terpenting dalam sinematografi. Bahkan tak salah kiranya jika
ada ungkapan Film are Light ! atau film adalah cahaya , karena
memang untuk meng-exposed sebuah gambar kita memerlukan cahaya dan bahkan untuk
melihat sebuah benda di alam ini kita memerlukan pantulan cahaya.
Seni menata cahaya
dalam film menjadi bagian yang terpenting karena bisa mempengaruhi juga
perhatian penonton terhadap cerita. Tata cahaya film sangat dipengaruhi oleh
pengalaman kita melihat kondisi cahaya dalam dunia nyata, bagaimanapun juga
cahaya dalam film meniru cahaya alam.
Secara Teori
cahaya dalam film adalah 45 derajat tinggi dan jarak nya dari kamera, hal ini
dikarenakan masalah estetis saja , artinya dalam sudut 45 derajat sudut cahaya
yang mengenai wajah akan terlihat seperti yang kita lihat di alam nyata.
Dalam
sinematografi kita hanya mengenal dua warna cahaya atau yang sering di sebut
sebagai Daylight atau cahaya matahari dan Tungsten atau cahaya
lampu ruangan. Dua jenis warna cahaya tersebut diukur dengan satuan Kelvin.
Karena hanya ada
dua jenis warna cahaya dalam film maka kita bisa membaginya sebagai menggunakan
warna Daylight untuk scene siang dan warna tungsten untuk scene malam. Tentu
saja untuk tujuan kreatif hal ini juga bisa tidak dihiraukan, akan tetapi
secara prinsip dua suhu warna tersebut yang harus kita gunakan dalam bercerita.
Film juga sangat
sensitive dalam menangkap beberapa spectrum cahaya yang tak terlihat oleh mata
kita seperti Ultra violet dan Infra red. Maka kita juga harus
memperhatikan dua elemen spectrum tersebut dalam membuat film.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam menata lighting adalah bayangan atau shadow karena
bayangan tersebut bisa mengganggu atau membantu gambar kita. Mengganggu dalam
arti jika kita salah menempatkan cahaya maka di wajah aktor / aktris akan
terlihat bayangan hidung , dahi dan sebagainya hal ini tentu saja bisa
mengganggu penonton atau bahkan mengurangi kecantikan / estetika gambar
kita.Pada film horror , sering bayangan digunakan sebagai elemen bercerita yang
sangat efektif. Penonton bisa merasakan kehadiran makhluk halus dengan melihat
sebuah bayangan melintas di depan frame dan sebagainya.
Pergerakan kamera
Pergerakan kamera
atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha menggerakan
kamera atau subyek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan tiga
dimensi sebuah ruangan, dimana penonton seakan bergerak masuk / keluar atau
bergerak ke kanan / ke kiri mengikuti atau meninggalkan subyek.
Pada dasarnya
Camera Movement terbagi dalam beberapa bagian besar yaitu :
- Subyek bergerak ke arah kamera / meninggalkan kamera
- Kamera bergerak ke arah subyek / meninggalkan subyek
- Kamera dan Subyek bergerak / mengikuti subyek
- Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg bergerak di dalam lensa.
Sebelum
menggerakan kamera / subyek sebenarnya ada hal yang paling mendasar bagi
cinematographer maupun filmmakernya yaitu :
- Kapan kamera / subyek harus bergerak
- Mengapa kamera / subyek harus bergerak
Hal ini berkaitan
erat dengan pengadeganan atau mise en scene, dimana penonton akan mengikuti
atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut. Artinya karena gerak
kamera terlalu cepat atau asal bergerak maka cerita yang ingin disampaikan atau
informasi yang harus diketahui oleh penonton akan terlewatkan atau penonton
tidak memahami / mendapatkan informasi tersebut.
Sumber : http://www.wikipedia.id/cinematography