Thariq bin Ziyad adalah seorang komandan pasukan islam yang mengemban misi
penakhlukan Daratan Spanyol, tepatnya di Andalusia, Ia lahir sekitar tahun 50
Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 12.000
pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai
wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang
sekarang dikenal dengan nama Gibraltar. Lalu ia memerintahkan pasukannya
membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti
kita bisa pulang?” tanya yang lain. Dengan pedang terhunus dan kalimat
tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke
sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri
ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!” Kini pasukannya paham. Mereka menyambut
panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini
ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian
ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah
kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Musuh
dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap
menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan
terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian.
Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak,
kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih
dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat
juang kita akan bangkit.
Untuk itu
kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga
memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian
telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya. Percayalah,
sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dengan demikian, negeri
ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick
mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung
pasukannya itu. Dengan total pasukan Thariq hanya 12.000 orang dan semangat
menggebu, akhirnya pasukan Thariq bin Ziyad berhasil memukul telak musuh,
sehingga kemenangan berada ditangan pasukan Thariq bin Ziyad.
Sekilas cerita diatas adalah gambaran sosok seorang
Thariq bin Ziyad, awal mula mendengar kisah ini ketika aku masih duduk dibangku
menengah pertama, sungguh sebuag kisah yang unik, bagiku Thariq bin Ziyad
adalah salah satu pemimpin yang eksentrik, bagaimana tidak, karena dia menyemangati
pejuangnya dengan membakar perahu dan perbekalan mereka sendiri, dengan tujuan
utamanya agar para pejuang termotivasi
untuk menang, ya untuk menang, itulah satu-satunya pilihan agar tidak mati
ditangan musuh atau mati sia-sia menyeburkan diri ke laut sebagai pengecut.
Tentu hal utama yang harus dimiliki seorang pemimpin
adalah keteguhan hati untuk meneguhkan dan menginspirasi bawahan agar mau bahu
membahu memaksimalkan potensi untuk mencapai tujuan bersama, dan hal itulah
yang ada sempurna dalam diri Thariq bin Ziyad, beliau berhasil membangkitkan
semangat pasukannya yang hanya berjumlah 12.000 orang hingga mereka berhasil
menakhlukan musuh yang jumlahnya 100.000 orang. Keteguhan jiwa yang mampu
meneguhkan dua belas ribu jiwa lainnya untuk melawan musuh, ya itulah Thariq
bin Ziyad, seorang pemimpin yang teguh dalam jalan perjuangannya.